Iklan

Home » » Tidak Berbasis Masyarakat, UNESCO kritik Pengelolaan Borobudur

Tidak Berbasis Masyarakat, UNESCO kritik Pengelolaan Borobudur

Written By Unknown on Rabu, 07 Maret 2012 | 09.58

Jakarta, Berita TIPIKOR
    Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengkritik penanganan pariwisata Candi Borobudur yang semrawut. Organisasi dunia itu mengimbau agar Indonesia membenahi pariswisata kawasan itu.
    “Kami, UNESCO, berharap agar para pemangku kepentingan di Borobudur mampu menciptakan strategi bersama untuk meningkatkan kualitas pengelolaan pariwisara di Borobudur sekaligus menjaga peninggalan bersejarah tersebut,” kata Masanori Nagaoka, Culture Programme  Specialist UNESCO, di Jakarta, Minggu, (29/1).
    Menurut Masanori, nama Borobudur sangat terkenal di dunia tetapi masyarakat sekitar kurang mendapatkan manfaat dari keberadaan candi yang dibangun sekitar tahun 800 Masehi itu. Banyak wisatawan yang datang ke Borobudur di Kabupaten Magelang, tetapi sangat sedikit yang tinggal lama di sekitar Borobudur karena selain kurang nyaman dga minin fasilitas.
    Akibatnya, banyak wisatawan yang kembali hari itu juga ke tempat penginapannya di Yogyakarta. Padahal, tidak jauh dari Borobudur yang dibangun penganut agama Budha Mahayana, terdapat Candi Mendut dan Pawon serta sentra-sentra industri lokal seperti kerajinan, yang bisa menjadi tujuan wisata berbasis masyarakat local.
    Menurut data dari Balai Konservasi Peninggalkan Borobudur, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Borobudur  mencapai 1000 - 2000 orang per hari. Jumlah ini bisa melonjak hingga 25.000 orang per hari pads saat libur akhir pekan atau libur panjang. Dari jumlah itu, 90 persen wisatawan yang datang berasal dari dalam negeri.
    Guna memajukan masyarakat UNESCO meneruskan program pemberdayaan masyarakat di sekitar Borobudur. Mereka dilatih untuk menciptakan produk lokal, misalnya cindenera mata. Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Marsis Sutopo mengatakan, pihaknya selama ini memprioriaskan sisi konservasi Borobudur. Dengan jumlah wisatawan yang begitu besar, Candi Borobudur rawan rusak jika jumlah pengunjung yang naik ke candi tidak dibatasi.
    “Jumlah pengunjung dibatasi 82 orang yang boleh naik ke stupa utama. Saat menunggu giliran naik, pengunjung akan kami optimalkan berwisata di sekitarya,” katanya. (Kompas/Berita TIPIKOR)
Share this article :

Posting Komentar

Iklan Berita Tipikor